Sampaikanlah Walau Cuma 1 Ayat

05.50
0
Banyak masjid pada waktu shalat Subuh hanya diisi beberapa orang. padahal fadhilah shalat Subuh berjamaah sangat besar, hingga Rasulullah menyebut jika saja umat tahu keutamaannya, maka mereka akan mendatangi jamaah Subuh dengan merangkak.

Muhammad Abdur Rauf al-Munawi dalam kitabnya at-Ta’arif mengatakan as-Subhu atau As Sabah adalah permulaan siang, yaitu ketika ufuk berwarna merah karena tertutup tabir matahari. Adapun shalat Subuh adalah ibadah shalat yang dilaksanakan ketika fajar shidiq dan berakhir pada saat matahari terbit.

Shalat yang agung ini benar-benar memiliki daya tarik, karena kedudukannya dalam Islam dan nilainya yang tinggi dalam syariat. Banyak sekali hadis yang mendorong untuk melaksanakan shalat Subuh dan menyanjung mereka yang menjaganya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengetahui waktu Subuh adalah waktu yang sulit. Seorang muslim bila dibiarkan begitu saja akan memilih mengistirahatkan dirinya sampai matahari terbit dan meninggalkan shalat wajib. Karena itu Rasulullah mengkhususkan shalat mulia ini dengan keistimewaan tunggal dan sifat-sifat tertentu yang tidak terulang pada shalat yang lain.

Banyak sekali keutamaan yang didapat di waktu Subuh. Salah satu keutamaannya adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendoakan umatnya yang bergegas dalam melaksanakan shalat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits,”Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun Subuh.” (HR Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).


Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang berdoa, maka tidak akan ada hijab di antara beliau dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena beliau sendiri adalah orang yang secara jasadiyah paling dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pada hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, bahwasanya orang yang shalat Subuh akan dijamin oleh Allah. “Siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka, jangan kamu mencari jaminan Allah dengan sesuatu (selain dari shalat), yang pada saat kamu mendapatkannya justru kamu tergelincir ke dalam api neraka.” (HR Muslim). Jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memberikan jaminan, maka mungkin akal manusia sulit untuk menjangkau dan menebak apa yang akan diberikan Allah.

Waktu Subuh adalah waktu yang paling baik untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah. Allah berfirman,”Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS Al-Kahfi: 28).

Keutamaan shalat Subuh yang lain adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala kelak akan memberikan pahala yang melebihi keindahan dunia dan isinya, sebagaimana telah disebutkan dalam satu riwayat Imam at-Turmudzi: “Dari Aisyah ra telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dua rakaat shalat Fajar pahalanya lebih indah dari pada dunia dan isinya.”

Lalu apa kata Rasulullah tentang Subuh?

Diriwayatkan Muslim dari Utsman bin Affan ra berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,”Barangsiapa yang shalat Isya berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” Hadits riwayat Muslim.

Shalat Subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari kiamat. Di hari itu, semua sumber cahaya di dunia akan padam. Matahari akan “digulung”. Ibadahlah yang akan menerangi pelakunya.

Diriwayatkan dari dari Abu Musa al-Asy’ari ra ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:”Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.” (HR Al-Bukhari). Dua waktu yang dingin itu adalah shalat Subuh dan shalat Ashar.

Mereka yang menjaga shalat Subuh dan Ashar, dijanjikan kelak di surga akan melihat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah ra artinya: “Kami sedang duduk bersama Rasulullah, ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata, “Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Berada di bawah lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memberi janji, bila shalat Subuh dikerjakan, maka Allah akan melindungi siapapun yang mengerjakannya seharian penuh. Hadits yang diriwayatkan dari undab bin Sufyan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,”Barangsiapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka jangan coba-coba membuat Allah membuktikan janji-Nya. Barangsiapa yang membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka.” (HR MUslim, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Begitulah keistimewaan shalat Subuh. Lalu apa yang menghalangi kita untuk menyingkap selimut dan mengakhiri tidur kita untuk melakukan shalat Subuh? Bukankah ibadah ini menjadi bagian yang begitu besar dibandingkan dunia seisinya?

Ancaman bagi yang Meninggalkan Shalat Shubuh

Padahal banyak keutamaan yang bisa didapat apabila seseorang mengerjakan shalat shubuh. Tidakkah kita takut dikatakan sebagai orang yang munafiq karena meninggalakan shalat shubuh? Dan kebanyakan orang meninggalkan shalat shubuh karena aktivitas tidur. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)

Cukuplah ancaman dikatakan sebagai orang munafiq membuat kita selalu memperhatikan ibadah yang satu ini.

Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kita semua, terkhusus bagi para laki-laki untuk dapat melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.

BAGAIMANA KEBIASAAN ORANG SHOLIH DI PAGI HARI?

[1] Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan judul ‘Keutamaan tidak beranjak dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan masjid’. Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in –Simak bin Harb-. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh,

“Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?”
Jabir menjawab,

“Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim no. 670)
An Nawawi mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir setelah shubuh dan mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak memiliki udzur (halangan).
Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir dan berdo’a hingga terbit matahari.” (Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah)

[2] Kebiasaan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
Dari Abu Wa’il, dia berkata, “Pada suatu pagi kami mendatangi Abdullah bin Mas’ud  selepas kami melaksanakan shalat shubuh. Kemudian kami mengucapkan salam di depan pintu. Lalu kami diizinkan untuk masuk. Akan tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Lalu keluarlah budaknya sembari berkata,  “Mari silakan masuk.” Kemudian kami masuk sedangkan Ibnu Mas’ud sedang duduk sambil berdzikir.
Ibnu Mas’ud lantas berkata,  “Apa yang menghalangi kalian padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?”
Lalu kami menjawab, “Tidak, kami mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur.”
Ibnu Mas’ud lantas bekata,  “Apakah kalian mengira bahwa keluargaku telah lalai?”
Kemudian Ibnu Mas’ud kembali berdzikir hingga dia mengira bahwa matahari telah terbit. Lantas beliau memanggil budaknya,  “Wahai budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit.” Si budak tadi kemudian melihat  ke luar. Jika matahari belum terbit, beliau kembali melanjutkan dzikirnya. Hingga beliau mengira lagi bahwa matahari telah terbit, beliau kembali memanggil budaknya sembari berkata,  “Lihatlah apakah matahari telah terbit.” Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika matahari telah terbit, beliau mengatakan,

”Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini.” (HR. Muslim no. 822)

[3] Keadaan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di Pagi Hari
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah orang yang gemar beribadah dan bukanlah orang yang kelihatan bengis sebagaimana anggapan sebagian orang. Kita dapat melihat aktivitas beliau di pagi hari sebagaimana dikisahkan oleh muridnya –Ibnu Qayyim Al Jauziyah.-
Ketika menjelaskan faedah dzikir bahwa dzikir dapat menguatkan hati dan ruh, Ibnul Qayim mengatakan, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah suatu saat shalat shubuh. Kemudian (setelah shalat shubuh) beliau duduk sambil berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga pertengahan siang. Kemudian berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.” (Al Wabilush Shoyib min Kalamith Thoyib, hal.63, Maktabah Syamilah)

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berpartisipasi bersama SR Bergerak , follow @srbergerak on twitter

Mari berpartisipasi bersama SR Bergerak , follow @srbergerak on twitter
 

Sayangilah semua yang ada di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu. Insya Allah